seorang laki2 yang di bilang pinter enggak, di bilang bodoh juga enggak, yg tengah2 saja

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Thumbnail Recent Post

Recent Comments

Posted by andi putra sinaga - - 0 komentar


 DEWI SARTIKA
            Sosok dewi sartika memang lembut. Kepribadiannya juga sederhana. Tapi siapa mengira di balik segala kerendahan hatinya dia memiliki kekuatan besar? Kekuatan melepaskan kaumnya dari kebodohan serta mengajar mereka mengejar ilmu setingginya. Dan itulah yang dilakukan mojang priangan ini di tanah sunda.
            Lahir di masa penjajahan belanda. Sejak kecil sartika sudah hidup terpisah jauh dari ortunya. Gara –gara ayahnya , raden somanangara, yang berkedudukan sabagai patih membangkang pemerintah colonial belanda. Akibatnya, ayah dan ibunya raden ayu rajapermas di buang ke ternate. Untunglah sartika masih memiliki paman, patih aria titjalengka yang mengasuhnya dengan saying. Nggak Cuma merawatnya , ia juga menyekolahkan sartika ke sekolah rakyat.
            Di sekolah, diam-diam sartika terkesan melihat cara guru mengajar. Saking terkesannya, sering sepulang sekolah sartika mengajak anak-anak kecil sekitar rumahnya bermain sekolah-sekolahan. Ia bertindak sebagai “guru” yang mengajar mereka baca-tulis dan menyanyi. Karena nggak punya papan tulis dan kapur, ia memakai tembok belakang rumah dan pecahan genteng untuk alat mengajar. Sartika nggak sadar kalau permainannya ini kelak menjadi cita-cita sesungguhnya.
            Sebagai guru cilik, sartika tampil menyenangkan. Akibatnya banyak orang yang ingin jadi muridnya, termasuk orang dewasa. Karena banyak peminat, mau nggak  mau sartika membuka sekolahnya tiap hari, seperti sekolah beneran! Begitu remaja, sartika mendengar berita tentang upaya kartini mengangkat derajat kaum cewek. Sartika ingin berbuat yang sama , tapi nggak tau caranya.
            Ketika mendengar ayahnya yang tinggal di pembuangan meninggal, sartika tersulut untuk melawan belanda. Bukan dengan angkat senjata, tapi dengan angkat pena untuk mengangkat bangsanya dari kebodohan. Mendengar niatnya, pihak keluarga menentangnya. Maklum, sarika masih keturunan ningrat, nggak pantas kerja keras. Intung sifat sartika disukung bupati yang ingin masyarakatnya maju.
            Tahun 1904 sakola koetamaan istri (sekolah keutamaan wanita) di banding dibuka. Karena masih banyak masyarakat yang kurang setuju dengan kemunculan sekolah ini, maka Cuma sedikit cewek  yang mendaftar sebagai muridnya. Ternyata sekolah ini diterima baik dari pihak belanda. Buat mereka ini justru mempermudah mencari pribumi yang mau di jadikan pegawai pemerintahan. Padahal tentu saja maksud sartika membuka sekolah ini  nggak sesimpel itu. Tapi demi kelancaran sekolahnya sartika nggak membantah anggapan mereka.
            Diam-diam banyak masyarakat yang mulai menerima sekolah ini. Akibatnya muridnya bertambah terus hingga terpaksa buka cabang di beberapa kabupaten jawa barat. Karena keberhasilan sartika, ia lalu  mendapat bintang perak dari gubernur jenderal bagi sartika, bintang ini bukan tanda jasanya bagi pihak belanda, tapi justru untuk Indonesia.
            Ketika pecah perang dunia I, semua orang mengalami kesulitan termasuk sekolah milik sartika. Tapi ini nggak membuatnya tutup, walau dengan dana pas-pas.an. lagi-lagi keberhasilan ini membuat kagum istri penjabat  belanda. Atas usulannya, gedung sekolah sartika dibuat  permanen dan diberi nama baru sakola raden dewi (SRD)
            Banyak peristiwa berlangsung saat itu, seperti kedatangan jepang, pecah perang dunia II, dan Indonesia merdeka. Namun SRD tetap berdiri. Tapi ketika bandung dilanda lautan api akibat ngototnya belanda ingin menjajah Indonesia kembali, untuk sementara sekolah SRD tak bisa diteruskan. Banyak murid mengungsi termasuk dewi sartika. Di tempat pengungsiannya inilah, dewi sartika jatuh sakit.
            Pahlawan wanita yang lahir 4 desember 1884 akhirnya menutup mata pada pagi hari 11 september 1947. Biarpun sudah tiada , tapi jasanya  tetap di kenang dan namanya diabadikan sebagai nama jalan.

Leave a Reply